I Nyoman Sudarman: Dana TPG Untuk Biaya Kuliah Anak

Posted by: Yanuar

Puslapdik– Memanfaatkan uang dari Tunjangan Profesi Guru(TPG) untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Itulah yang dilakukan I Nyoman Sudarman, seorang guru honorer di SMA Negeri 2 Kota Kendari,  Sulawersi Tenggara.

“Pemerintah memberikan tunjangan pada saya sebagai pendidik, maka saya kembalikan juga untuk pendidikan anak-anak supaya bisa menyambung kehidupan, “ujarnya saat ditemui Tim Puslapdik di rumahnya, pada awal April 2021 lalu.

Nyoman berterima kasih pada pemerintah yang telah memberikan tunjangan profesi  sejak tahun 2010 lalu. Diakuinya, setelah mendapat tunjangan profesi, ia tak lagi mendapat honor dari sekolah yang biasanya diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). “ Setelah mendapat TPG, saya tak berhak lagi mendapat honor dari BOS, “kata pria berusia 51 tahun ini.

Sebagai Penerima TPG, Nyoman mendapat tunjangan Rp1, 5 juta setiap bulannya yang dibayarkan tiga bulan sekali. Setelah dipotong pajak 5 persen, tunjangan bersih yag diterimanya sebesar Rp1.425.000 perbulan. Tahun 2019 lalu, Nyoman juga mendapatkan tunjangan dari Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara  sebesar Rp400 ribu yang juga dibayarkan setiap tiga bulan.

“Dengan tunjangan-tunjangan sebesar itu, saya harus menafkahi keluarga, termasuk membiayai kuliah dua anak saya. Karena keterbatasan penghasilan, anak-anak kuliah di kampus yang agak murah dengan uang semester Sekitar Rp2,5 juta, “jelasnya.

Untuk menambah penghasilan, Nyoman memanfaatkan keahliannya sebagai mekanik motor. Ia menerima panggilan untuk memperbaiki motor di rumah pemilik motor.

“Itulah penghasilan saya selama ini. Masih dibawah UMR dan dibawah penghasilan tukang bangunan di Kendari ini yang setiap bulannya mendapat minimal Rp 2,5 juta, “katanya.

Nyoman juga bercerita, bahwa ia beberapa kali tak dapat tunjangan karena jam mengajarnya kurang. Kurangnya jam mengajar itu disebabkan masuknya guru PNS yang mengajar di pelajaran yang sama, yakni mata pelajaran PPKN. “Tentunya keberadaan PNS itu menggeser posisi saya sebagai guru Mapel PPKN yang otomatis jam mengajar saya kurang dan akhirnya saya tak memperoleh tunjangan profesi,”katanya.

Baca juga :

 

Pernah lolos tes CPNS

Transmigran asal Bali ini memulai profesinya sebagai guru honorer tahun 1997 dengan menggunakan gelar D2. Dengan mengumpulkan dana sedikit demi sedikit, pada tahun 2003 Nyoman melanjutkan kuliah S1.  Setiap ada penerimaan CPNS, Nyoman selalu ikut mendaftar.  Sekitar Tahun 2001 lalu, Nyoman pernah dinyatakan lulus seleksi. Namun, ternyata surat kelulusan itu tidak bisa jadi jaminan, bahwa Nyoman berhak menyandang status sebagai guru PNS.

“Setelah dinyatakan lulus seleksi, saya menunggu terbitnya SK pengangkatan, bulan demi bulan, tahun demi tahun saya tunggu, sampai sekarang belum jelas. Sering saya tanyakan ke dinas pendidikan, jawabannya, masih dalam proses. Cape ngurusnya, sekarang tak pernah diurus lagi, surat kelulusan juga sudah hilang entah kemana, “keluh Nyoman.

Nyoman sebenarnya mengaku sudah pasrah dengan statusnya sebagai guru honorer yang sudah berjalan lebih dari 20 tahun ini. Namun sebagai manusia, Nyoman mengeluarkan uneg-unegnya.

“Harapan saya, bagaimana pemerintah bisa memberikan kebijakan. Saya selama ini mengabdikan diri pada negara, pergi pagi pulang sore, bahkan terkadang malam. Kewajiban saya sama dengan guru PNS, capenya sama.  Saya ingin mendapatkan pengakuan dari pemerintah supaya kami hidup layak, “keluhnya.

Nyoman juga sudah mengetahui, bahwa tahun 2021 ini pemerintah akan mengangkat status para guru honorer menjadi PPPK. “Saya sih berharap untuk diangkat jadi PNS, bukan PPPK, “terang Nyoman.

Dalam kesempatan itu, Nyoman juga mengeluhkan anaknya yang tidak bisa mendapatkan bantuan Bidikmisi atau yang kini jadi KIP Kuliah. “Anak saya tak dapat bidikmisi karena saya, orang tuanya, sudah bergelar S1, artinya dianggap mampu. Padahal, kenyataannya tidak demikian, “ujarnya.

Rumahnya di Jalan Budi Utomo Lorong Mangga kelurahan Kadia, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, menunjukkan hal itu. Rumahnya yang berusia tua teramat sederhana, semi permanen, beberapa plafonnya nampak sudah lama mengelupas.  Yanuar Jatnika

 

X